16 Adab dalam Menyantap Sebuah Hidangan Sesuai Sunnah Rasulullah SAW
Islam telah mengajarkan banyak hal untuk melakukan dengan kebaikan. Seperti pada artikel kali ini yang akan membahas tentang 16 adab dalam menyantap sebuah hidangan sesuai sunnah Rasulullah SAW yang mungkin bisa menjadi masukan dalam penerapan di kehidupan sehari-hari.
Artikel ini juga dibuat kerena terinspirasi Beliau, Rasulullah SAW, tepat pada hari dan bulan kelahiran Baginda Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan sampai akhir zaman Allahumma aamiin.
Langsung saja loncat ke artikelnya :D!
16 adab dalam menyantap sebuah hidangan sesuai sunnah Rasulullah SAW antara lain :
1. Berniat Karena Allah
a. Memilih makanan dan minuman yang halal di konsumsi
Kewajiban para muslim sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surah Al Mu’minun (51) :
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Mu’minun : 51)
b. Doa sebelum dan sesudah menyantap sebuah hidangan
Berdoa sebelum bersantap ria merupakan sebuah kewajiban, di mana hal ini juga dapat berfungsi sebagai menangkal hal-hal buruk yang mungkin terjadi saat kita akan menyantap sebuah hidangan.
Doa sebelum makan dan minum diharapkan untuk memulai dengan mengucapkan Bismillah lalu dilanjutkan dengan doa sebelum makan atau minum :
Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaa.
Artinya: Ya Allah berkahilah rizki yang telah Engkau berikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka.
Namun, tak jarang di antara kita lupa membaca doa sebelum makan atau minum ini, maka menurut beberapa hadist shahih memberikan solusi :
"Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta'ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta'ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: 'Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya),'" (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858.)
Doa sesudah makan atau minum bisa dengan melafalkan hamdalah, Alhamdulillah. Sesuai dengan sabda Rasulullah dalam hadist :
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim, No. 2734).
Namun, bisa juga dengan doa setelah makan yang biasa kita gunakan seperti :
Alhamdu lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja'alanaa minal muslimiin
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami termasuk golongan orang muslim.
Namun, jika ingin yang lebih lengkap bisa mengikuti lafadz doa setelah makan berikut ini :
“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi, No. 3458)
2. Mencuci Kedua Tangan
Sesungguhnya, mencuci tangan tidak hanya dilakukan saat ingin menyantap sebuah hidangan, tapi juga bisa dilakukan saat selesai membuang hajat dari kamar mandi. Dalam beberapa waktu belakangan yang terdampak pandemi Covid 19 ini, kita menjadi lebih rajin untuk menjaga kebersihan, salag satunya sering mencuci tangan.
Mencuci kedua tangan dengan benar, mampu membersihakn kotoran karena tangan ini akan digunakan untuk memasukkan santapan yang halal. Jadi, memulai dengan sesuatu yang baik agar santapan halal menjadi nutrisi bagi tubuh. Sehingga hal baiklah yang masuk ke dalam tubuh.
Hal tersebut dijelaskan dalam hadits dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata :
“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i)
3. Segera Menyantap Makanan dan Minuman yang Dihidangkan
Rasulullah SAW lebih mengutamakan untuk segera menyantap hidangan yang sudah disediakan di atas meja, di depan mata. Bahkan Beliau juga bersabda :
“Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah salat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam.” (HR. Bukhari).
Mengapa? Alasan beliau menyuruh umatnya melakukan ini karena bila dalam keadaan menunaikan salat dan perut terasa lapar, maka salatnya menjadi kurang fokus. Terlebih jika harus masakannya sampai mengepul di sepenjuru ruangan. Ada hal lain yang dapat dijadikan alasan mengapa harus sesegera mungkin menyantap hidangan. Hal ini berkaitan dengan adat sopan santun. Pemberi makan akan merasa lebih dihargai dan pastinya ia akan merasa senang, jika hidangannya segera disantap. Lagi pula, hidangan yang sudah didiamkan dengan lama seringnya akan berubah rasa menjadi hambar atau sejenisnya.
4. (Mengutamakan) Menggunakan Tangan Kanan
Dalam agama Islam, tangan kanan atau khususnya bagian sebelah kanan tubuh menjadi bagian yang lebih dimuliakan dan dianjurkan untuk digunakan. Terkait dengan tangan kanan sebagai tangan untuk bersantap, secara logikanya karena tangan kiri sudah digunakan untuk membersihkan air kotor, semisal dubur dan sejenisnya.
Bahkan ada hadistnya seperti :
"Apabila seseorang dari kamu makan, maka hendaklah (haruslah) ia makan dengan (tangan) kanannya. Dan apabila ia minum, maka minumlah dengan kanannya. Karena sesungguhnya setan itu makan dengan kirinya, dan (juga) minum dengan kirinya," (H.R. Imam Muslim).
Namun, naudzubillah himindzallik, jika di antara kita ada bagian tubuh yang tidak lengkap maka dibolehkan menggunakan bagian tubuh yang lain. Hal ini seperti dalam kondisi cacat fisik atau ada penyakit sehingga tidak memiliki dua buah tangan dan akan timbul bahaya saat menggunakan untuk aktivitas biasa. Maka diperbolehkan untuk makan dan minum dengan mengerahkan bagian anggota tubuh yang lain. Tentu saja ini dilakukan karena sebuah keterpaksaan bukan serta merta dibuat-buat.
Hal ini pernah disampaikan dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah (6/119) :
“Jika ada udzur yang menghalangi seseorang untuk makan atau minum dengan tangan kanan, semisal karena sakit atau luka atau semisalnya maka tidak makruh menggunakan tangan kanan”.
“Syafi’iyyah dan Hanabilah menegaskan bahwa makruh hukumnya makan dan minum dengan tangan kiri ketika tidak dalam keadaan darurat” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 45/294).
5. Makan Sambil Duduk
Secara ilmiahnya, jika saat minum kita dalam posisi berdiri maka air itu akan langsung terjun ke lambung dan ditakutkan akan menimbulkan reaksi dalam beberapa organ tubuh seperti lambung, karena air langsung menghantamnya. Hal ini juga ditakutkan akan menganggu proses pembakaran di dalam perut.
Ibnul Qayim pernah menuliskan dalam buku berjudul “Makan Minum Sambil Berdiri Haramkah?” yang dikutip oleh Syafri Muhammad Noor, Lc. :
“Semua itu akan membahayakan orang yang meminumnya. Namun kalau dilakukan sesekali saja atau karena suatu kebutuhan, tidaklah berbahaya.”
Ibnul Qayyim (w. 751 H) menjelaskan dalam kitabnya Kasysyafu al-Qina Juz 5 mengatakan: “Makan dan minum sambil berdiri bisa menimbulkan banyak bahaya. Misalnya, karena sambil berdiri maka air minum tidak bisa mengalir secara optimal. Air tidak bisa bertahan dalam lambung dengan tenang untuk kemudian disirkulasi oleh lever ke seluruh organ tubuh.”
Diriwayatkan juga dalam hadits Imam Muslim nomor 2024 dari Anas radhiyallahu'anhu :
“Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri.”
Kemudian Qotadah berkata bahwa mereka kala itu bertanya kepada Anas,
“Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?”
Lalu Anas menjawab,
“Itu lebih parah dan lebih jelek.”
Ada juga hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dalam hadits riwayat Umam Muslim nomor 2026, Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya ia muntahkan.”
Bahkan di dalam sistem adat-istiadat, di beberapa tempat masih menanamkan norma kesopanan dalam menyantap hidangan. Jika dilakukan dengan berdiri, maka itu termasuk tindakan yang tidak sopan. Meski demikian, jika ada udzur sehingga tidak bisa dilakukan dengan duduk, maka boleh berdiri asalkan masih menjaga norma kesopanan yang ada.
6. Posisi Duduk yang Tegap
Dalam menyantap sebuah hidangan, Rasulullah mengatakan bahwa janganlah bersandar saat menyantap hidangan, hendaknya posisikan duduk yang tegap. Hal ini juga terbukti karena Rasulullah tidak pernah menyatap hidangan sambil bersandar di kursi maupun di tiang ataupun di tembok.
Dari hadits Abu Juhaifah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Adapun saya tidak suka makan sambil bersandar.” (HR. Tirmidzi, No. 1830)
Secara logikanya, jika bersandar saat melangsungkan sebuah kegiatan cenderung diibaratkan sebagai pemalas atau malas-malasan, sejenisnya. Terlebih jika menyantap hidangan dengan posisi duduk tegap, maka makanan dan minuman dapat langsung masuk dan meluncur dengan nyaman. Hal ini juga mampu mengurangi faktor terjadinya tersedak.
7. Adab Saat Mengambil Makanan Usahakan yang Ada di Depan
Saat menyantap sebuah hidangan yang terhampar di sebuah alas entah itu meja ataupun lesehan, maka tetap dianjurkan unuk mengambil makanan terdekat. Jika jauh dari jangkauan, maka hendaknya meminta pertolongan orang terdekat dengan hidangan tersebut tentunya dengan meminta izin terlebih dulu. Karena usahakan pantat kita tidak diangkat dari tempatnya. Maka dengan meminta tolong seperti tadi harapannya mampu membantu mengambilkan menu hidangan yang kita inginkan.
Di sisi lain, hal ini juga dimaksudkan agar lebih menghargai apa yang sudah ada di depan, mensyukuri yang sudah ada.
“Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.” (HR. Bukhari, No. 5376)
8. Tidak Miniup Makanan dan Minuman
Terkadang saat mendapati hidangan yang panas, mulut kita refleks meniupi permukaan sajian agar cepat dingin dan bisa dikonsumsi. Namun, tahukah bahwa Rasulullah tidak menyenangi perbuatan ini?
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma, dijelaskan mengenai larangan meniupi hidangan yang bertujuan untuk mendinginkan makanan atau minuman selagi masih panas:
“Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma bahwa Nabi Muhammad Saw melarang pengembusan nafas dan peniupan (makanan atau minuman) pada bejana.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Secara ilmiahnya, meniupi permukaan makanan dan minuman yang panas ini mengakibatkan banyak gangguan kesehatan. Hal ini dikarenakan di dalam tubuh kita terdapat gas karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang dapat berinteraksi langsung dengan partikel air (H20) do dalam makanan, sehingga mampu meghasilkan pembentukan asam karbonat (H2C03). Padahal karbon monoksida itu sendiri sudah cukup beracun. Jika dengan meniupi makanan panas, maka akan lebih banyak asam karbonat dan karbon monoksida yang masuk ke dalam tubuh. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi keseimbangan asam atau alkali tubuh.
Di sisi lain, ada perasaan kurang nikmat dalam mengonsumsi hidangan yang panas, pastilah ada sensai terbakar bahkan bisa melukai lidah dan gigi serta bibir.
Maka, hendaknya jangan mengonsumsi hidangan yang masih panas. Tunggu beberapa saat atau jika memang sudah tidak sabar ingin memakannya, maka konsumsilah secara perlahan sedikit demi sedikit.
9. Minum dengan Tiga Tegukan
Rasa haus yang melanda atau sesuatu yang menyekata tenggorokkan, memanglah kondisi yang tidak mengenakan sehingga harus buru-buru untuk menenggak minum. Namun, Rasulullah tetap menganjurkan untuk meminum air dalam tiga tenggukan lalu berhenti sekejap dan diteruskan meminum lagi seperti pola pertama.
Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah kalian minum seperti minumnya hewan. Tetapi minumlah kalian dengan dua atau tiga kali, dan jika kalian minum sebutlah nama Allah (membaca basmallah), kemudian pujilah Dia (membaca hamdalah), ketika kalian mengangkatkan (selesai minum).” (HR. At-Tirmidzi).
Oh iya, ada kisah juga mengenai Rasulullah yang melarang minum dengan gelas atau cawan atau cangkir yang retak. Dalam Sunan Abu Dawud diriwayatkan hadits dari Abu Said Al Khudri, ia menceritakan bahwa :
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang perbuatan minum dari bagian gelas yang retak, dan beliau juga melarang bernafas dalam air minum.”
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Ath-Thibb an-Nabawi, hal ini termasuk di antara beberapa etika yang diajarkan Rasulullah yang berfungsi untuk menjaga kemaslahatan orang yang meminum. Meminum air dengan bagian cangkir atau gelas atau cawan yang memiliki retak itu sungguh bahaya, karena kotoran yang biasanya berada di permukaan air akan berkumpul di bagian cawan yang retak akibat ada celah. Beda halnya dengan bagian tepi cangkir yang masih mulus. Lalu cawan yang retak itu juga bisa mengganggu saat digunakan sehingga tidak bisa optimal. Lalu ada juga kotoran dan sejenisnya yang biasa terkumpul di bagian cangkir yang retak karena tidak larut dibersihkan saat proses pencucian. Ada perbedaan dengan kondisi gelas yang mulus, sehingga beberapa orang tidak tertarik menggunakannya. Dan yang paling parah, cawan yang retak itu berpotensi melukai bagian tubuh yang bersingunggan seperti mulut dan bibir.
10. Habiskan Makanan dari Paling Pinggir (Sisi Luar) Wadah
Ada beberapa orang yang menyukai pola makan dengan langsung memutar sendok di tengah hidangan di atas piringnya. Atau langsung mencampurnya menjadi tumpah ruah satu kesatuan. Namun Rasulullah menganjurkan untuk memulai menghabiskan makanan dari pinggir piring terlebih dulu, baru dilanjutkan menghabiskan ke bagian tengah. Hal ini bertujuan supaya makanan yang dimakan penuh berkah dan menghindarkan dari makanan tersisa. Langsung mengambil suapan makanan pertama dari tengah juga berisiko membuat bagian makanan di atas piring menjadi jatuh dan berakhir mubazir. Lagipula, makan dari pinggir wadah atau piring akan mempelihatkan kerapihan dan kesopanan, juga mengurangi risiko ada cuilan makanan yang tumpah sehingga terjatuh.
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah juga pernah bersabda :
“Barokah itu turun di tengah-tengah makanan, maka mulailah makan dari pinggirnya dan jangan memulai dari tengahnya.”(HR. Tirmidzi, No. 1805)
11. Makan dan Minumlah Secukupnya
Sesungguhnya yang berlebihan itu tidak baik, mengambil makanan dan minuman yang berlebihan tidak melihat kemampuan tubuh dalam mencerna, meruapak salah satu bentuk zalim dan rakus. Di sisi lain, jika tidak kuat menghabiskan hidangan, maka akan tersisa hidangannya, tidak habis dan terkesan menjadi mubazir. Jangan berlebihan karena tidak baik.
Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma:
“Rasulullah melarang minum langsung dari mulut qibrah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau wadah air minum yang lainnya.” (HR Bukhari no. 5627).
Allah juga telah berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 31, yang memiliki arti :
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Hendaklah makan di saat belum begitu lapar dan berhenti sesaat sebelum kenyang. Karena saat terlalu lapar, maka akan muncul kecenderungan hawa negatif dan saat terlalu kenyang akan muncul hawa kemalasan.
Rasulullah juga menyunnahkan agar tidak membiarkan ada satu makanan pun yang terbuang percuma. Jika ada makanan yang jatuh, perintah Rasulullah adalah membersihkan makanan itu, buang bagian yang kotor, dan makanlah bagian sisanya yang masih layak untuk dimakan. Janganlah membiarkan makanan yang masih bagus dimakan oleh setan (jatuh sia-sia).
“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut dimakan setan.” (HR. Muslim, No. 2033)
12. Jangan Mencela Makanan dan Minuman
Sewaktu menerima rasa makanan dan minuman yang berbeda dengan bayangan di benak kita, seringnya ingin langsung mengeluh bahkan sampai mengumpat. Nah, hal ini sangat tidak dianjurkan mengingat mencela makanan merupaka hal yang amat dilarang. Bahkan Rasulullah pun melarang tindakan ini lho.
“Tidaklah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mencela suatu makanan sekali pun dan seandainya beliau menyukainya maka beliau memakannya dan bila tidak menyukainya beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” (HR. Bukhari, No. 5409)
Rasulullah menganjurkan jika tidak menyukai hidangan tersebut adalah dengan meninggalkannya. Hal ini akan memberikan indikasi ke si pemberi hidangan bahwa ada ketidaksesuaian rasa antara lidah dan hidangan. Namun, Rasulullah jarang sekali melakukan hal ini, karena Beliau selalu mengusahakan menerima pemberian orang lain.
13. Dianjurkan Makan Bersama-Sama
Kebiasaan makan bersama orang lain, teman-teman, dan keluarga ternyata merupakan salah satu kegiaran yang sangat disukai oleh Rasulullah. Beliau menganjurkan hal ini agar semua orang akan mendapatkan keberkahan rezeki yang sama banyaknya dari hidangan tersebut.
Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Rasulullah berkata :
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud, No. 3764)
Menyantap hidangan bersama juga berfungsi sebagai mempererat tali silatuarahmi dan silaturahim. Di sisi lain, saat makan bersama maka akan tercipta kedamaian dan keadilan dalam bersantap. Tidak ada yang lebih dulu, tidak ada yang terakhir, karena semua menyantap di waktu yang bersamaan.
14. Menjilat Ujung Jari Saat Selesai Makan
Meski di beberapa negara mengatakan ini kurang sopan, tidak baik dilakukan, atau terkesan jorok. Namun, Rasulullah menyarankan ketika selesai makan dengan tangan. Setiap butir makanan yang kita makan mengandung keberkahan. Oleh karena itu jangan sampai menyia-nyiakan sedikit pun makanan ataupun minuman tersisa, sehingga tidak masuk ke dalam tubuh kita.
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya. Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.”(HR. Muslim, No. 2033)
Secara medis, menurut penuturan dr. Charles Gerba dari University of Arizona, Amerika Serikat, beliau mengatakan bahwa makan menggunakan tangan dan menjilat jari jemari setelahnya, memiliki manfaat kesehatan. Asalkan sebelum makan, wajib mencuci dua tangan terlebih dahulu. Ia juga mengakui bahwa di bagian sela-sela jari manusia mengandung enzim Rnase. Fungsi dari enzim ini sebagai pengikat bakteri untuk menekan aktivitas para bakteri ketika masuk bersamaan dengan makanan. Selain itu enzim ini juga turut berfungsi sebagai penjaga kekebalan tubuh manusia. Jemari tangan yang setiap hari menyentuh berbagai permukaan benda-benda, tentunya dapat menjadi sarang kuman dan bakteri, maka disinilah letak fungsi enzim ini bekerja, sebagai kekebalan tubuh manusia.
15. Mencuci Tangan Setelah Makan dan Minum
Setelah selesai makan dan menjilati sisa makanan di setiap jari, maka selanjutnya adalah mencuci tangan sampai benar-benar bersih. Dianjurkan bersihkan tangan dengan baik supaya tidak ada sisa bau atau noda minyak berbekas di tangan. Bisa juga gunakan sabun agar bau sisa makanan di sela-sela jari memudar.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang dari kalian tidur dan di tangannya terdapat minyak samin (sisa makanan) kemudian mengenainya, maka janganlah mencela kecuali kepada dirinya sendiri.” (HR. Ahmad 2/344)
16. Mendoakan Kepada yang Memberi Makan
Selain berterima kasih kepada Allah yang telah memberikan rezeki, kita juga seharusnya berterima kasih kepada orang yang memberi atau menyajikan hidangan. Karena melalui perantara dia juga, kita bisa menikmati besarnya berkah dan nikmat yang Allah SWT berikan.
Lafadz doanya adalah sebagai berikut:
“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku] (HR. Muslim, No. 2055)
Jadi itulah 16 adab dalam menyantap sebuah hidangan sesuai sunnah Rasulullah SAW yang bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Jika ada salah tulis, kurang literasi, atau tambahan terkait artikel ini, boleh sekali disampaikan secara personal atau melalui kolom komentar di bawah. Sesungguhnya kami hanya menyampaikan yang kami ketahui sebagai pengingat diri juga.
Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210727111956-284-672662/adab-makan-dalam-islam-sesuai-ajaran-rasulullah
https://www.liputan6.com/ramadan/read/4251158/8-adab-makan-dan-minum-dalam-islam
https://food.detik.com/info-kuliner/d-5046487/adab-makan-dan-minum-dalam-islam-sesuai-ajaran-rasulullah-saw
https://islamkita.co/adab-makan-dan-minum-sesuai-sunnah/
https://www.republika.co.id/berita/qoq0o7366/7-adab-makan-dan-minum-yang-harus-diketahui-muslim
https://republika.co.id/berita/q7ds4d430/nabi-muhammad-tak-minum-dari-bagian-gelas-yang-retak
https://www.republika.co.id/berita/q7bx98430/sehat-ini-cara-minum-yang-dicontohkan-nabi-muhammad
https://kumparan.com/redaksiportalmadura/4-alasan-tidak-boleh-makan-dan-minum-pakai-tangan-kiri-dalam-islam-27431110790547400/full
https://rs-alirsyadsurabaya.co.id/inilah-manfaat-menjilat-jari-seusai-makan/
Yang masih sering aku lakukan adalah meniup makanan. Seberat itu ngipasin Ya Allah, main tiup aja yg di sendok biar cepet dingin huhuuu
ReplyDeletesama sih Mom :/ kalau bingung cari kipas ya disebul-sebul apalagi kalau liat ada semangkuk bakso atau mie ayam trus makan di lokasi sekalian, langsung tiup-tiup telen :D wkw
Deleteterima kasih sudah mampir Mom Palupi :D
MasyaAllah.. terima kasih pengingatnya mb. jaman sekarang kalau mau makan harus foto dulu yang utama. huhu
ReplyDeleteArtikel ini seperti mengingatkan saya yang sering makan atau minum yang masih panas,,
ReplyDeleteBeberapa bagian dari adab, terasa banget manfaatnya. Seperti makan minum secukupnya, makan bersama-sama. Kalau kita makan bersama, suasana akan nyaman, dan bisa saling berbagi, ada ikatan juga yang terbentuk. Trus makanan juga jadi gak bersisa, karena gak harus memikirkan yang belakangan makan.
ReplyDeleteDulu pernah dengar kalau salah satu adab makan ala nabi adalah menggunakan tiga jari, kemudian membiasakan mencicipi garam terlebih dahulu sebelum makan. Bener ga ya?
ReplyDeleteAstagfirullah terkadang aku mencela makanan meski itu cuma ih kok kurang ini itu. Membiasakan diri untuk mengikuti kehidupan Nabi Muhammad dalam sehari-hari itu masya Allah.
ReplyDeleteMasha Allah, banyak dan menyantap hidangan yg belum kutinaikan semua. Salah satunya tidak meniup makanan
ReplyDeleteMasya Allah lengkap 16 uey.
ReplyDeleteBtewe adab makan yg ditulis di sajiankira ink mengingatkanku pada lagu aank adab makan dr nusa rara
Aku pernah denger Rasulullah pernah 2x Sakit selama hidupnya, dan rahasia nya adalahhh mencuci tangan sebelum makan,, MasyaAllah ya mba sunah rasul tuh..
ReplyDeleteHeuheu aku seriing banget makan minum sambil berdiri, kalau ga gitu aku bisa skip makan karena ga punya waktu. Semoga Allah mengampuni.
ReplyDeleteSelalu suka gaya bahasa mba Asry dalam menulis. Enaj banget bacanya.
Point nomor 8 ini nih yang harus aku ingat".. karena memang kadang reflek untuk meniup makanan panas, khususnya saat menyuapi makan anak :(
ReplyDeleteHebatnya Islam...masyaallah. Lengkap sekali bab makan saja. Makin cinta ahhh
ReplyDeletekalau aku sama bayiku, biasnya nyanyi lagunya nussa rara yang "makan jangan asal makan" itu hehehe
ReplyDeleteMasya Allah, Islam ternyata lengkap sekali ya, ini padahal masalah makan, tapi ada juga menyangkut hubungan sosial. Liar viasa
ReplyDeleteMasya Allah, Barakallah mba untuk sharingnya..
ReplyDeleteIni bisa jadi sebagai pengingat kembali bila sewaktu-waktu atau khilaf dilakukan tanpa disengaja yaa..